Saya, Koosha, dan Emosi yang Naik-Turun
Saya bukan termasuk Ibu yang sabar dan telaten. I always dealing with my own anger. Kadang saya lupa kalau anak saya baru umur dua tahun tapi kalau otak saya lagi korslet saya samakan dia dengan anak SD yang sudah paham aturan-aturan.
Anyway, Koosha sakit sejak rabu kemarin. Tepat ketika ayahnya keluar kota empat hari. Saya panik. Ini pertama kalinya saya ngurus anak sakit sendirian. Pertama kalinya juga Koosha kena diare sama demam tinggi plus tiap panas mukanya mendadak bentol-bentol.
Setiap selesai sholat yang saya minta selain kesembuhan Koosha adalah kestabilan emosi diri. Saya butuh sabar, saat sabar saya jadi penuh kasih sayang (eaaaa...). Alhamdulillah saat-saat berdua itu saya mampu menangani Koosha dengan lemah lembut. Rupanya kelembutan saya menular ke Koosha, saat panas tinggi pun dia ngga rewel. Saya jadi terharu dan saat dia tidur saya pun tersedu-sedu. ^^
Tiap menit saat Koosha sakit saya tidak membiarkan otak saya terbang kemana pun. Saya konsentrasi kepadanya. Ya, saya akui setiap hari ada saja saat-saat saya tidak napak bumi. Kadang saya tenggelam di dunia maya, kadang saya asik dengan imajinasi sendiri. Imajinasi yang tidak bisa saya tuangkan ke dalam tulisan tapi berkembang liar seperti sebuah film. Dan ini juga yang membuat saya disconnected sama Koosha. Dan ketika emosi saya tidak nyambung dengan anak, saya tidak melihat anak sesuai dengan umurnya. Dan saat itu pula Koosha jadi rewel dan pemarah.
There, I said it. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat saya. Semoga tulisan ini menjadi bagian dari proses penyembuhan saya.
Jadi begitu, empat hari itu saya berjuang untuk fokus. Dan rasanya mengasuh justru lebih enteng. Yang menakjubkan lagi Koosha mau minum obat tanpa dipaksa. Biasanya saya dan ayahnya Koosha memangku dia, menutup hidungnya dan memaksa dia minum obat. Jelas sulit, Koosha stres dipaksa akibatnya obat bukannya masuk malah dimuntahin. Selama ini yang bikin ribet pas Koosha sakit memang bagian sulit minum obat. Makanya walau kena bakteri pun ngga saya minumin antibiotik. Antibiotik kan harus habis, sementara saya sudah stres duluan kalau minumin Koosha obat.
Kemarin saya coba cara lain, membujuknya minum obat pelan-pelan. Saya duduk sejajar dengannya, saya tatap matanya, usap-usap kepalanya, dan saya puji-puji dia. Saya bilang kalau minum obat jadi cepat sembuh dan nanti bisa main lagi ke BEC lihat eskalator dan Lift. Ajaib, dia mau minum sendiri tanpa dipangku, tanpa ditutup hidung, tanpa dimuntahin!
I know, i know, buat ibu-ibu yang baik hati keadaan kaya gitu sih biasa. Tapi buat saya ini betul-betul sebuah keajaiban. Ngga usah protes, ya :))
Alhamdulillah persis seminggu Koosha sakit akhirnya sembuh juga. Gampang minum obatnya juga nerus sampai ayahnya pulang. Biasanya kalau ada ayahnya dia jadi super manja, tapi ternyata ngga. Mungkin karena sekarang ibunya lebih sabar jadi dia senang berdekatan sama ibunya walau ada ayahnya hehe.
I'm not saying i'm fully change now. I'm struggling now and then. Wish me luck ;)
0 comments:
Post a Comment